Mengapa Aku Terlahir  

Posted by M.S Umam

Nya: S. Umam_Hasta

Seperti biasanya, pagi itu aku mulai bergegas dan beranjak dari tempat tidur peot dan sprei kusut itu. Mulai ku ambil handuk dan gayung berisi sabun yang tak bermerk yang mulai mengecil, dan sikat gigi yang mulai rusak bulu sikatnya dan pasta gigi separoh berisi. Rasa dingin itu tetap menyelimuti tubuhku, kiranya ini adalah pendamping setia musim penghujan. Dengan gerak langkah yang agak malas, dan mata sedikit- sedikit masih ingin mengatupkan kedua sisinya, aku tetap memaksakan menuju kamar mandi.


Seperti biasanya, pagi itu aku mulai bergegas dan beranjak dari tempat tidur peot dan sprei kusut itu. Mulai ku ambil handuk dan gayung berisi sabun yang tak bermerk yang mulai mengecil, dan sikat gigi yang mulai rusak bulu sikatnya dan pasta gigi separoh berisi. Rasa dingin itu tetap menyelimuti tubuhku, kiranya ini adalah pendamping setia musim penghujan. Dengan gerak langkah yang agak malas, dan mata sedikit- sedikit masih ingin mengatupkan kedua sisinya, aku tetap memaksakan menuju kamar mandi.
Setelah seluruh badanku sudah terasa bersih, dan segar telah menggantikan kemalasan, aku ambil sepotong roti sumbu yang mungkin semalam telah dicicipi terlebih dahulu oleh tikus- tikus yang kelaparan. Pikirku mungkin pemerintah dan para tengkulak negri tikus juga ikut- ikutan mempermainkan makanan pokok, sehingga rakyat tikus jadi rebutan dan sembarangan kalau melihat makanan disekelilingnya.
Aaahhhh… biarlah
Aku ambil sepatu butut ku dan mulai bergegas untuk menuju tempat kerjaku, tapi…
Mulai 13 tahun setelah kelahiranku atau mungkin lebih dari itu, pemandangan pagi itu tidak jauh beda. Segerombol pemuja sesembahan yang tidak masuk akal itu selalu melakukan ritual agar mereka diberi kenikmatan yang tiada batas, mungkin tanpa pernah mereka ketahui kapan dan dimana sesembahan mereka memenuhi keinginan mereka.

Hampir 35 tahun lebih aku berada ditengah himpitan karang Agama dan Budaya… yang selalu diterjang oleh kerasnya ombak kepentingan mereka yang tidak bertanggung jawab!
Aku hanya sebutir debu… ditengah- tengah… tak tahu arah…
Apakah aku harus menjadi karang yang hanya diam… tak tahu apa- apa… dan suatu saat nanti akan hancur dengan kerasnya ombak…?
Atau haruskah aku yang menjadi ombak… dengan sedikit demi sedikit akan aku hancurkan karang- karang itu…?
Oh…. Tidak…. Tidak….

Datang mencairkan suasana

Hai… bangsat! Tai kamu! Aku cari kemana- mana ternyata ada disini… lagi ngapain? Ko’ serius banget…?

Resah

Aku sedang berfikir…
Apakah sebutir debu bisa merubah karang menjadi lunak… sehingga ia tidak mudah hancur oleh terpaan ombak…?
Dan apakah sebutir debu bisa menghentikan ombak… atau mengarahkannya agar tidak menerpa dan menyiksa karang…?

Bingung… kesal…

Tai kamu… ngomong apa saja sich…? Aku makin bingung sama kamu…! Tidak perlu dipikirlah… hanya debu… karang…. Ombak saja kamu sudah seperti orang kesetanan…!

Biar aku seperti setan asal tidak seperti mereka… setan tapi berwujud manusia

Siapa maksudmu…?

Ya… mereka yang menjadi wakil- wakil rakyat yang ada dinegri ini dan mereka yang selalu menjadi dai ditengah- tengah kegalauan rakyat ditengah- tengah penderitaan yang berkepanjangan dengan menggunakan dalil- dalil agama yang tidak solutif…!

Ooo… masalah itu…! ya… biasa lah… masalah Negara itukan sudah ada yang menentukan, jadi tidak perlu dipikirlah….
Dan masalah mereka yang selalu menggunakan dalil- dalil agama untuk menundukkan rakyat katamu… ya itu juga urusan mereka masing- masing… toh yang dapat dosa juga mereka…

Kesal… marah…

Bangsat….! Tidak harus sedangkal itu kan….


Jadi Kulkas… menjelaskan…

Hei… sabar teman… tidak usah kebawa emosi dulu donk…!
Negara kita sekarang sudah merdeka…. Sudah tidak ada lagi penjajah dinegri ini…!

Iya… kamu benar!
Negara kita sekarang sudah merdeka… tapi kemerdekaannya burung pipit….!

Apa maksudmu…? Dan ada apa dengan kemerdekaan burung pipit…

Coba lihat dan bayangkan setiap hari… setelah ia bangun dari tidur dia bisa terbang bebas kesana- kesini tanpa ada yang melarang… kemana saja dia bisa mencari makan… jika langit sudah berwarna tembaga… dia kembali untuk beristirahat…!

Terus ada apa dengan burung pipit…? Toh itu sudah kebiasaan dia…

Hei…! Jangan lupa pula… kemerdekaan burung pipit ternyata membawa petaka bagi mereka yang punya sawah… yang padinya mulai mengering dan menguning… dengan tanpa mengeluarkan keringat setetes pun… ia dengan enaknya berayun- ayun diatas tangkai padi dan menikmati buah padi…. Tanpa menghiraukan petani…
Jangan lupa juga…. kemerdekaan burung pipit ternyata masih banyak moncong senjata yang siap untuk menembaknya dan kemudian memenjarakannya dalam sangkar…

Apa maksudmu…? Aku semakin bingung dan tidak tahu maksudmu……

Ya! Kemerdekaan yang selalu merugikan orang lain… bertindak dan berperilaku se- enaknya sendiri…
Kemerdekaan yang selalu takut dan khawatir musuh akan menangkap dan memenjarakannya…
Selama ini kita masih BOdoh dan TOloL… setiap hari dan setiap kita baru bangun tidur, kita sudah dicekoki udara kotor, bercampur nafas koruptor… yang hanya membuat permainan dan dengan se- enaknya dia berselingkuh dengan mereka yang punya uang banyak…! Tanpa memikirkan dampak yang terjadi selanjutnya… tanpa melihat mereka yang kesakitan dan diambang kehancuran…

Kenapa juga kamu menyalahkan mereka yang beragama…? toh apa yang mereka perbuat juga berdasarkan atas hukum- hukum agama…?

Kamu tahu…! Selama ini kita juga diombang- ambing oleh pertentangan agama…
Belum lagi pertentangan Ideology golongan- golongan yang berbeda paradigma dalam salah satu Agama yang juga ikut andil dalam pembelokan- pembelokan agamanya, demi ideology golongannya yang tidak mau ancor… padahal ummat sangat membutuhkannya…
Apakah hukum agama menyuruh dan memerintahkan supaya sesama penganut agama harus bermusuhan dan memusuhi yang lainnya…?
Jangankan beda agama…! Yang se- agama saja sering terjadi ketidak cocokan dan sering pula terjadi pertikaian…

Itukan sudah biasa… itu yang disebut Dialektika….
Ya…! Dialektika… tapi tanpa pertumpahan darah…!

Marah…

Tidak bangsat…!
Negara kita bukan milik siapa- siapa, Negara kita bukan milik orang lain… Negara kita seharusnya tetap Negara yang agraris… yang kaya akan hasil alam… Negara yang kaya akan suku, budaya dan tradisi… Negara yang berpendidikan…
Kita juga beragama…! Ya! Agama yang memiliki Tuhan satu… Tuhan yang menyayangi hambanya… Tuhan yang mengetahui segala sesuatu yang ada dibumi serta jagat raya ini…
Dengan beragama kita miliki Etika…

Ikut marah…

Makan itu Negara dan Agamamu…
Negara yang katamu agraris… yang kaya hasil alamnya… beragam suku, budaya dan tradisinya… serta berpendidikan…
Lihat…
apa yang terjadi jika semua orang masih berpikiran dan memiliki kesadaran sepertimu…?

Apa maksudmu…?

Lihat… apa Negara kita sekarang…? Agraris…?
Agraris gundolmu… industrialisasi sudah tak dapat dibendung lagi… sudah banyak sawah- sawah dan tanah menjadi pabrik… dan orang- orang yang masih memiliki sawah dan tanah dengan mudah dibohogi oleh mereka yang serakah agar menjual tanahnya dengan harga yang murah… tanah sudah tidak lagi milik orang- orang pribumi…! mereka di- iming- iming untuk jadi buruh dengan upah tiap bulan yang sangat minim dan hampir tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari- harinya…!
Semua sudah jadi babu…!
Lihat… apa Negara kita sekarang…?
Kaya hasil alamnya…?
Kau gila… itu semua sekarang sudah milik orang- orang yang punya uang… orang- orang yang punya alat produksi untuk mengambil dan mengolah hasil alam kita…!

Siapa yang bilang seperti itu…?

Apa kamu tidak lihat, mendengar, dan membaca…? Hampir semua Tambang minyak, emas, batu bara, nikel dan semua hasil alam lainnya yang ada dinegara kita sudah menjadi milik orang- orang dan perusahaan- perusahaan asing…!
Dan kita… lagi- lagi jadi babu…!
Lihat apa Negara kita sekarang…? Beragam suku, budaya dan tradisi serta berpendidikan katamu…?
Suku apa…? Perang antar suku maksudmu…! Dengan banyaknya kekerasan simbolik yang selama ini diciptakan oleh para Kapitalis dengan gaya Neo Imprealisnya agar kita terpecah belah…?

Tidak… tidak…

Budaya apa…? “BUat DAda orang kaYA”… maksudmu?
Tradisi apa…? Tradisi yang selalu mem- babu…?
Pendidikan macam apa yang kamu banggakan…? Kita selama ini hanya diseragamkan oleh instansi- instansi pendidikan, tanpa memperhatikan potensi dan kreatifitas berfikir yang ada dalam diri kita…?
Terus mana Tuhanmu…?
Yang katamu menyayangi, dan mencintai hambanya….?
Yang katamu mengetahui segala sesuatu yang terjadi dibumi dan jagat raya ini…?
Mana…?
Dimana semuanya…?
Apa semua sudah tuli…?
Apa semua sudah buta…?
Apa semua sudah tidak lagi merasakan…?
Hehm…! Persetan dengan semua….!
Mana Negara mu dan Agama yang kau bangga- banggakan…? Toh semuanya adalah hasil Import, tidak ada local wisdom di Negara kita…!

Pergi meninggalkan…
Sendiri Menangis…

Apa yang terjadi dengan semua ini…?
Mengapa semua ini terjadi…?
Siapa yang membuat semua ini terjadi…?
Mengapa aku terlahir didunia ini….!


This entry was posted on Selasa, 20 April 2010 at 02.37 . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

4 komentar

Anonim  

Wah manteb nih....
Ditungu tulisan-tulisan anarkisnya...

20 April 2010 pukul 02.59

makasih fiQ,...
ok, tunggu saja, lahirnya penulis muda berbahaya,...
huahahahahaha

20 April 2010 pukul 03.14
Anonim  

Kok Belum di Update.....mana tulisanya ditungu ribuan orang lho.....

21 April 2010 pukul 13.47

yo cak ndang ditulisi ben sangar...

21 April 2010 pukul 13.51

Posting Komentar

Entri Populer