PERAN KEPEMIMPINAN DALAM MENGENDALIKAN KONFLIK  

Posted by M.S Umam

m.s.umam
  1. Abstraksi

Siklus kehidupan manusia dikelilingi oleh pertentangan alamiah sebagai ketetapan Allah ( sunatullah ) yang tertata sedemikian rupa sehingga melahirkan dinamika bagi kehidupan manusia itu sendiri. Adanya perbedaan antara malam dan siang melahirkan dimensi waktu; malaikat dan setan serta surga dan neraka melahirkan dimensi nilai dan moral; bumi dan langit serat barat- timur dan utara – selatan melahirkan dimensi ruang dan tempat. Perbedaan, pertentangan dan konflik merupakan suatu kewajaran dalam dinamika kehidupan manusia.

Dengan demikian merupakan suatu kewajaran, bahwa pertentangan atau konflik akan selalu ada selama manusia itu ada, baik secara individu maupun anggota kelompok ataupun masyarakat. Dalam kehidupan berorganisasi misalnya , konflik antara pemimpin dengan orang yang dipimpinnya atau antar anggota kelompok dengan anggota lainnya bisa saja terjadi. Sebab didalam suatu organisasi terdapat beberapa individu yang berbeda kepribadiannya, kepentingannya, latar belakang, sosial, budaya, agama, dan sebagainya. Konflik tidak bisa dihindari, tetapi dapat dikelola, bahkan disinergikan menjadi sesuatu yang sangat dinamis.

Oleh karena itu, pengendalian konflik merupakan salah satu tugas pemim[in dalam kepemimpinannya. Efektifitas kepemimpinan sesorang dapat dinilai dan bagaimana ia mampu mengendalikan dan mengelola konflik. Kegagalan seorang pemimpin dalam mengenddalikan dan mengelola konflik akan mennimbulkan sesuatu yang anti produktif dan destruktif, sebaliknya jika seorang pemimpin dapat mengendalikan dan mengelola konflik secara baik. Konflik merupakan masalah yang pelik untuk segera dicarikan pemecahannya. Konflik dapat bermanfaat terutama dalam : (1) Menciptakan kreativitas (2) Perubahan sosial yang konstruktif (3) Membangun keterpaduan kelompok, dan (4) Peningkatan fungsi kekeluargaan/ kebersamaan.

B. Pengertian Konflik

Menurut bahasa, konflik dapat diartikan dengan perbedaan , pertentangan dan perselisihan. Konflik adalah pertentangan dalam hubungan kemanusiaan ( intrapersonal dan interpersonal ) antara satu pihak dengan pihak yang lain dalm mencapai suatu tujuan, yang timbul akibat adanya perbedaan kepentingan, emosi/ psikologi, dan nilai.

C. Komponen Konflik

Secara umum konflik itu terdiri atas 3 komponen, yaitu :

Interest ( kepentingan ), yakni sesuatu yang memotivasi orang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

Emotion ( emosi ), yang sering diwujudkan melalui perasaan yang menyertai sebagian besar interaksi manusia seperti marah, kebencian, takut, dan penolakan.

Values ( nilai ), yakni komponen konflik yang paling sulit dipecahkan karena nilsi itu merupakan hal yang tidak bisa diraba dan dnyatakan secara nyata. Nilai berada pada kedalaman akar pemikiran dan perasaan tentang benar dan salah, baik dan buruk yang mengarahkan dan memelihara perilaku manusia.

D. Sumber Konflik

Sumber- sumber konflik dapat dibedakan menjadi 5 bagian, yaitu :

Biososial, para pakar manajemen menempatkan frustasi- agresi sebagai sumber konflik. Berdasarkan pendekatan ini frustasi sering menghasilkan agresi yang mengarah pada terjadinya konflik. Frustasi juga dihasilkan dari kecenderungan ekspetasi pencapaian yang lebih cepat dari apa yang seharusnya.

Kepribadian dan Interaksi, termasuk didalamnya kepribadian yang abrasive ( suka menghasut ), gangguan psikologi, kemiskinan, interpersonal, kejengkelan, persaingan ( rivalitas ), perbedaan gaya interaksi, ketidaksederajatan hubungan.

Struktural, banyak konflik yang melekat pada struktur organisasi dan masyarakat. Kekuasaan, status dan kelas merupakan hal- hal yang berpotensi menjadi konflik, seperti tentang hak asasi manusia, gender dan sebagainya.

Budaya dan Ideologi, intensitas konflik dari sumber ini sering dihasilkan sdari perbedaan politik, sosial, agama dan budaya. Konflik ini juga timbul dikalangan masyarakat karena perbedaan system nilai

Konvergensi ( gabungan ), dalam situasi tertentu sumber- sumber konflik itu menjadi satu, sehingga menimbulkan kompleksitas konflik itu sendiri.

E. Proses Pengendalian Konflik

Konflik dapat diibaratkan seperti api ysng dapat membakar dan menjalar kemana- man dan memusnahkan jika tidak ditangani secara baik. Proses pengendalian konflik itu bermula dari persepsi tentang konflik itu sendiri, apa komponennya dan bersumber dari mana, kemudian menuju ke tahap realisasi, penghindaran, intervensi, pemilihan strategidan implementasidan evaluasi dampak yang ditimbulkan oleh konflik.

F. Cara- Cara Mengendalikan Konflik

Memberikan kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk mengemukakan pendapatnya tentang kondisi- kondisi penting yang diinginkan, yang menurut persepsi masing- masing harus dipenuhi dengan pemanfaatan berbagai sumber daya dan dana yang tersedia

Meminta satu pihak menempatkan diri pada posisi orang lain, dan memberikan argumentasi kuat mengenai posisi tersebut. Kemudian posisi peran itu dibalik, pihak yang tadinya mengajukan argumentasi yang mendukung suatu gagasan seolah- olah menentangnya, dan sebaliknya pihak yang tadinya menentang satu gagasan seolah- olah mendukungnya. Setelah itu tiap- tiap pihak diberi kesempatan untuk melihat posisi oaring lain dari sudut pandang pihak lain.

Kewenangan pimpinan sebagai sumber kekuatan kelompok. Seorang manajer yang bertugas memimpin suatu kelompok, untuk mengambil suatu keputusan, atau memecahkan masalah secara efektif, perlu memiliki kemahiran menggunakan kekuaasaan dan kewenangan yang melekat pada perannya.

Beberapa cara untuk mengatasi konflik menurut Nader and Todd, dalam salah satu bukunya, The Disputing Process Law In Ten Societies, yaitu :

Bersabar ( Lumping ), yaitu suatu tindakan yang merujuk pada sikap yang mengabaikan konflik begitu saja atau dengan kata lain isu- isu dalam konflik itu mudah untuk diabaikan, meskipun hubungan dengan orang yang berkonflik itu berlanjut, karena orang yang berkonflik kekurangan informasi atau akses hukumnya tidak kuat.

Penghindaran ( Avoidance ), yaitu suatu tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri hubungannya dengan cara meninggalkan konflik, didasarkan pada perhitungan bahwa konflik yang terjadi atau dibuat tidak memiliki kekuatan secara sosial, ekonomi dan emosional.

Kekerasan atau paksaan ( Coercion ), yaitu suatu tindakan yang diambil dalam mengataasi konflik jika dipandang bahwa dampak yang ditimbulkan membahayakan.

Negosiasi ( Negotation ) ialah tindakan yang menyangkut pandangan bahwa penyelesaian konflik dapat dilakukan oleh orang- orang yang berkonflik secara bersama – sama tanpa melibatkan pihak ketiga. Kelompok tidak mencari pencapaian solusi dan term satu aturan, tetapi membuat aturan yang dapat mengorganisasikan hubungannya dengan pihak lain.

Konsiliasi ( Conciliation ), yaitu tindakan untuk membawa semua yang berkonflik kemeja perundingan. Konsiliator tidak perlu memeinkan secara aktif satu bagian dari tahap negosiasi meskipun ia mungkin bisa melakukannya dalam batas diminta oleh yang berkonflik. Konsiliator sering menawarkan konstektual bagi adanya negosiasi dan bertindak sebagai penengah.

Mediasi ( Mediation ), hal ini menyangkut pihak ketiga yang menangani/ membantu menyelesaikan konflik agar tercapai persetujuan.

Arbritasi ( Arbritation ), kedua belah pihak yang berkonflik setuju pada keterlibatan pihak ketiga yang memiliki otoritas hokum dan mereka sebelumnya harus setuju untuk menerima keputusannya.

Peradilan ( Adjudication ), hal ini merujuk pada intervensi pihak ketiga yang berwenang untuk campur tangan dalam penyelesaian konflik, apakah pihak- pihak yang berkonfllik itu menginginkan atau tidak.

Pendekatan berikut ini dapat digunakan sebagai kontribusi peran kepemimpinan dalam mengendalikan/ menyelesaikan konflik :

- Sanggup menyampaikan pokok masalah penyebab timbulnya konflik. Konflik tidak dapat diselesaikan jika permasalahan pokoknya terisolasi. Konflik sangat tergantung pada konteks dan setiap pihak yang terkait seharusnya memahami konteks tersebut. Permasalahan menjadi jelas tidak berdasarkan asumsi, melainkan jika disampaikan dalam pernyataan pasti.

- Pendekatan dengan adanya konfrontasi dalam menyelesaikan konflik biasanya justru mengarahkan orang untuk membentuk kubu. Untuk itu , bicarakan pokok permasalahan, bukan siapa yang jadi penyebabnya.

- Bersedia melatih diri untuk mendengarkan dan mempelajari perbedaan. Pada umumnya kemauan mendengarkan sesuatu dibarengi dengan keinginan untuk memberi tanggapan. Seharusnya kedua belah pihak berusaha untuk benar- benar saling mendengarkan

- Sanggup mengajukan usul atau nasehat. Ajukan usul baru yang disadari oleh tujuan kedua belah pihak dan dapat mengakomodasikan keduanya. Tawarkan juga kesediaan untuk selalu dapat membantu perwujudan rencana- rencana tersebut

- Meminimalisasi ketidakcocokan. Cari jalan tengah diantara kedua belah pihak yang sering berbeda pandangan dan pendapat. Fokslah pada persamaan dengan memppertimbangkan perbedaan yang sifatnya tidak mendasar.

G. PERAN KEPEMIMPINAN DALAM MEMBANGUN TIM

Tim adalah kelompok kerja yan dibentuk dengan tujuan menyukseskan tujuan bersama sebuah kelompok organisasi atau masyarakat. Sebuah tim adalah sekelompok orang dengan keahlian saling melengkapi yang berkomitmen kepada misi yang sama, pencapaian kinerja, dan pendekatan dimana mereka saling tergantung antara satu dengan yang lain. Tujuan utama membangun tim adalah untuk membangun unit kerja yang solider yang mempunyai identifikasi keanggotaan maupun kerjasama yang kuat.

H. Proses Pembentukan

Membangun tim bertujuan agar terjadi kerjasama yang teridentifikasi dalam unit kerja yang saling berhubungan. Terdapat beberapa pedoman umum dalam membangun tim, yaitu:

- Menanamkan kepada kepentingan bersama

- Menggunakan seremonial dan ritual- ritual

- Menggunakan symbol- symbol untuk mengembangkan identifikasi dengan unit kerja

- Mendorong dan memudahkan interaksi sosial yang memuaskan

- Mengadakan pertemuan- pertemuan membangun tim

- Menggunakan konsultan bila diperlukan

I. Anggota Tim

Keberhasilan tugas dalam tim akan tercapai bila setiap orang bersedia bekerja dan memberikan yang terbaik sebagai bagian dari tim. Anggota tim yang baik memiliki:

- Mengerti tujuan yang baik

- Memiliki rasa saling ketergantungan dan saling memiliki

- Menerapkan bakat dan pengetahuannya untuk sasaran tim

- Dapat bekerja secara terbuka

- Dapat mengekspresikan gagasan, opini dan ketidaksepakatan

- Mengerti sudut pandang satu dengan yang lain

- Mengembangkan ketrampilan dan menerapkan pada pekerjaan

- Mengakui bahwa konflik adalah hal yang normal

- Berpartisipasi dalam keputusan tim

J. Peranan Kepemimpinan Dalam Tim

Kepemimpinsn didefinisikan sebagai proses untuk mengarahkan dan pengaruh pada kegiatan yang berhubungan dengan tugas sekelompok anggotanya.Manajer atau pemimpin yang berpusat pada tim, berbeda dengan pemimpin kelompok yang sering mengenyampingkan visi, demi memenuhi tujuan. Maka pemimpin tim dapat berbagi visi dan bertindak sesuai dengannya.

Pemimpin dalam tim tidak selalu memiliki semua jawaban. Jadi mereka tidak memaksakan diri untuk menyediakan semua jawaban tersebut. Mereka percaya bahw tidak harus membuat semua keputusan. Mereka Menyakini bahw tim tidak akan sukses tanpa mengkombinasikan konstribusi setiap anggotanya untuk mencapai tujuan akhir yang sama.

Berikut ini merupakan Peranan pemimpim dalam tim:

- Memperlihatkan gaya pribadi

- Proaktif dalam sebagian hubungan

- Mengilhami kerja tim

- Memberikan dukungan timbale balik

- Membuat orang terlibat dan terikat

- Memudahkan orang lain melihat peluang dan prestssi

- Mencari orang yang ingin unggul dan dapat bekerja secara konstruktif

- Mendorong dan memudahkan anggotanya untuk bekerja

- Mengakui prestasi anggota tim

- Berusaha mempertahankan komitmen

- Menempatkan nilai yang tinggi pada kerja tim

Peranan kepemimpinan dalam tim menurut kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (task- oriented leadership) adalah sebagai berikut:

- Menstruktur proses structuring process)

- Menstimulasi komunikasi (stimulating communication)

- Menjernihkan komunikasi (Clarifying communication)

- Meringkas (summarizing)

- Menguji consensus ( consensus testing )

Peranan kepemimpinan dalam tim menurut kepemimpinan yang berorientasi pada memelihara kelompok (Relationship oriented) adalah sebagai berikut:

- Penjagaaan gawang (gatekeeping)

- Mengharmoniskan (harmonizing)

- Mendukung (Supporting)

- Menerapkan standart (standart setting)

- Menganalisis proses (Analyzing process)

K. PERAN KEPEMIMPINAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Kepemimpinan sesorang sangat besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas seorang pemimpin Kepentingan mendasar dari pengambilan keputusan ini ditunjukkan dengan adanya pembahasan khusus tentang hal ini dalam berbagai disiplin ilmu, filsafat, ekonomi, matematika, dan ilmu- ilmu sosial telah memberikan kontribusi bagi pengertian yang lebih baik bagaimana sebuah keputusan dibuat atau seharusnya dibuat.

Pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku, mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah keputusan yang diambil baik atau buruk tidak hanya dinilai setelah konsekuensinya terjadi, melainkan berbagai pertimbangan dalam prosesnya. Kegiatan penganbilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan, sehingga :

Teori keputusan adalah merupakan metodologi utuk menstrukturkan dan menganalisis situasi yang tidak pasti atau beresiko, disini keputusan lebih bersifat perspektif daripada deskriptif

Pengambilan keputusan adalah proses mental diman seorang manajer memproleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data; manajer, secara individual dan dalam tim, mengatur dan mengawasi informasi bisnisnya.

Pengambilan keputusan adalah proses memilih diantara alternative- alternative tindakan untuk mengatasi masalah

Dengan demikian, focus pengambilan keputusan adalah pada kemampuan untuk menganalisis situasi dengan memperoleh informasi seakurat mungkin, sehingga permasalahan dapat dituntaskan. Alam pelaksanaannya, pengambilan keputusan dapat dilihata dari berbagai aspek, yaitu proses dan gaya pengambilan keputusan.

L. Proses Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan dalam praktiknya dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut ini:

- Identifikasi Masalah

- Mendefinisikan masalah

- Memformulasikan dan mengembangkan alternative

- Implementasi keputusan

- Evaluasi keputusan

Sementara itu, tahapan-tahapan dalam proses pengambilan keputusan dapat dikemukakan sebagai berikut:

- Tetapkan masalah

- Identifikasikan criteria keputusan

- Alokasikan bobot pada criteria

- Kembangkan alternative

- Evaluasi alternative

- Pilih alternative terbaik

M. Gaya Pengambilan Keputusan

Gaya adalah learn habit atau kebiasaan yang dipelajari. Riset tentang gaya pengambilan keputusan telah mengidentifikasikan empat gaya pendekatan individual yang berbeda terhadap pengambilan keputusan.

Gaya pengambilan keputusan merupakan kuadran yang dibatasi oleh dimensi :

Cara berpikir, terdiri dari:

- Logis dan rasional; mengolah informasi secara serial

- Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara keseluruhan

- Toleransi terhadap ambiguitas

- Berangkat dari kebutuhan yang tinggi untuk menstruktur informasi sehingga mengambil pola pengambilan keputusan dengan cara meminimalkan ambiguitas

- Berangkat dari kebutuhan yang rendah untuk menstruktur informasi, sehingga mengambil pola pengambilan keputusan bersamaan dengan fakta yang ada.

Kombinasi dari kedua dimensi tersebut menghaslikan gaya pengambilan keputusan:

1. Direktif (toleransi ambiguitas rendah dan mencari rasionalitas)

Efisien, mengambil keputusan secara tepat dan berorientasi jangka pendek

2. Analitik ( toleransi ambiguitas tinggi dan mencari rasioanalitas )

Pengambil keputusan yang cermat, mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru

3. Konsptual ( toleransi ambiguitas tinggi dan intuitif )

Berorientasi jangka panjang, seringkali menekan solusi kreatif atau masalah

4. Behavioral ( toleransi ambiguitas rendah dan intuitif )

Mencoba menghindari konflik dan mengupayakan penerimaan berdasarkan uraian tentang definisi, proses dan gaya pengambilan keputusan, sebagai kontribusi dalam upaya peran kepemimpinan dalam pengambilan keputusan, maka berikut langkah yang perlu ditempuh :

1. Cerna Masalah

Sejalan dengan kepemimpinan, maka terdapat perbedaan antara permasalahan tentang tujuan dengan metode. Peran pemimpin mengambil inisiatif dalam hubungannya dengan tujuan dan arah daripada metode dan cara

2. Identifikasi alternatif

Kemampuan untuk memperoleh alternative yang relevan sebanyak- banyaknya

3. Tentukan Prioritas

Memilih diantara banyak alternative adalah esesnsi dari pengambilan keputusan

4. Ambil Langkah

Upaya pengambilan keputusan tidak berhenti pada tataran pilihan, melainkan berlanjut pada langkah implementasi dan evaluasi guna memberikan umpan balik yang baik dan tepat sasaran sambil tetap menitikberatkan pada proses evaluasi atas setiap pilihan alternative langkah yang ditetapkan

This entry was posted on Kamis, 07 April 2011 at 10.54 . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 komentar

Posting Komentar

Entri Populer